Sabtu, 07 Oktober 2017

Tipe Keluarga dalam Al-Qur'an


Kebahagiaan adalah target utama dalam membina rumah tangga. Bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Apa gunanya menikah dan membangun keluarga, tetapi yang ada hanyalah terasa sesak dada, sengsara penuh derita, dan diri menjadi terpuruk. Justru fitrah manusia itu sesuai dengan fitrah pernikahan yaitu sebagai muara kebahagiaan dan ketenangan hidup. 

Siapapun yang membnagun rumah tangga, kaya ataupun miskin, pejabat maupun rakyat, gubernur atau abang bajigur, semuanya adalah berangkat terhadap satu tujuan yaitu mencapai kehidupan yang layak dan membahagiakan. Bagi kita keluarga muslim, selayaknya tujuan hidup difokuskan pada tujuan ukhrawi (akhirat) karena tiada manfaat jika di dunia kita senang tapi di akhirat malah sengsara. Baiknya, di dunia kita senang dan bahagia, di akhirat kita bersuka cita meraih surga.

Pada kenyataannya, ada empat tipe keluarga yang bisa kita pelajari dan teladani atau hindari.

Pertama, tipe keluarga Abu Lahab. Keluarga Abu Lahab adalah tipe keluarga yang paling buruk. Pasalnya, suami dan istri, keduanya berada di dalam kemaksiatan kepada Allah. Suami tukang judi, istri pengedar ekstasi. Suami tidak pernah shalat, istri tukang ngumpat. Suami pendusta, istri tukang zina. Na’udzubillah min dzalik. Keluarga tipe ini bukanlah keluarga yang patut kita teladani.

Kedua, tipe keluarga Fir’aun. Suaminya ahli maksiat, istrinya ahli taat. Tipe masih mendingan dibanding dengan tipe pertama karena istrinya dipastikan masuk serga tetapi suami masuk neraka. Namun, apakah sudi suami Anda menjadi nahli neraka sedangkan Anda senang-senang dalam kebahagiaan akhirat (surga)? Saya kira, tidak. Tidak ada istri yang menginginkan suaminya celaka. Jika ada, inilah istri yang buruk di mata agama dan sesama. Maka, ikhtiar meluruskan dan mengarahkan suami yang tidak taat kepada Allah menjadi suat hal yang sangat wajib bagi istri. Ketika sudah berikhtiar, hasilnya serahkan kepada Allah. Istri akan terlepas dari dosa tetang hal ini.

Ketiga, tipe keluarga Nabi Nuh a.s.. Suaminya ahli ibadah, istrinya ahli bid’ah. Suaminya muwahhid (ahli tauhid), istri musyrikah (ahli syirik). Suami masuk surga, istri ke neraka. Sudikah pula Anda, wahai para suami, melihat istri berada dalam kesengsaraan dan siksa Allah? Jawabnnya harus tidak. Jika tidak “tidak” berarti Anda adalah suami egois. Dan, suami seperti inilah yang nanti akan diminta pertanggungjawaban atas keteledorannya membiarkan istri dalam kemaksiatan dan kemusyrikan. Kecuali jika Anda sudah berusaha, kemudian istri Anda tidak pula berubah, maka Anda tidak didakwa oleh Allah kelak di akhirat layaknya Nabi Nuh a.s..

Keempat, tipe keluarga Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad saw.. Suami dan isri keduanya adalah ahli taat, ahli ibadah, ahli tauhid, ahli sedekah, ahli shalat. Mereka berdua senantiasa saling memerhatikan dan memberi arahan takut-takut terjerembab ke dalam lubang maksiat. Sekali mereka terjerumus ke lembah dosa dan maksiat, mereka segera beristigfar dan meninggalkan dosa yang dikerjakannya. Tobat dengan tobat yang sebenarnya (taubatan nashuha).

Sahabat muslim yang taat, mau memilih tipe yang mana kita? saya yakin, tidak ada pilihan jitu kecuali memilih tipe keluarga yang keempat. Menjadi keluarga selayak keluarga Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad saw.. Oleh karena itu, mari sama-sama berjuang membangun keluarga SAMARA (sakinah, mawaddah, rahmah) sepanang masa.


Kiat-kiatnya, (1) menjadi keluarga berilmu, (2) menjadi keluarga yang menyesuaikan amal dengan ilmu, (3) menjadi keluarga yang saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, dan (4) menjadi keluarga yang senantiasa syukur dan sabar menyikapi kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar

Tim Redaksi Buletin Santri Nurul Ulum. Diberdayakan oleh Blogger.