Jombang - Pesantren Tebuireng Jombang
hari ini berduka. Salah seorang putra terbaik, yakni KH Muhammad Natsir Karim
atau biasa disapa Gus Cecep meninggal dunia. Innalillahi wainna ilahi rajiun.
Kepastian kabar ini disampaikan KH
Fahmi Amrullah Hadzik kepada NU Online tadi pagi. "Ya, Gus Cecep meninggal
setelah shalat Shubuh. Kami sangat berduka," kata Pengasuh Pondok
Pesantren Tebuireng Putri ini, Sabtu (7/10).
Menurut Gus Fahmi, sebenarnya
almarhum mengidap sejumlah penyakit. "Sebelumnya terserang diabet dan juga
sakit jantung," katanya.
Dalam rangka berobat dari berbagai
keluhan sakit yang diderita, Gus Cecep melakukan perjalanan ke Pasuruan.
"Sekitar jam 3 dini hari sebelum Shubuh sudah berada di kediaman, dilanjut
istirahat, serta kemudian meninggal," katanya.
Dalam pandangannya, Gus Cecep
termasuk sosok kiai yang kaya humor. "Di banyak kesempatan, kami sering
bertukar humor dan guyonan dengannya," ujarnya.
Kelebihan lain dari Gus Cecep adalah
memiliki jamaah zikir Hizbul Falah. Itu termasuk rangkaian wirid yang dipercaya
sebagai amalan dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. "Bersama para
jamaahnya, Gus Cecep mengamalkan wirid Hizbul Falah tersebut," terang Gus
Fahmi.
Menurut rencana, almarhum yang
merupakan putra dari Pengasuh Pesantren Tebuireng era 1950-1951, KH Abdul Karim
Hasyim ini akan dimakamkan di pesarean keluarga besar Tebuireng. "Karena
Gus Cecep adalah cucu dari hadratussyekh maka berhak dimakamkan di makam
keluarga," ujarnya.
Jenazah akan dishalatkan di Masjid
Tebuireng usai Zhuhur dan dimakamkan di maqbarah masyayikh Tebuireng pada pukul
14.00 WIB berdampingan dengan keluarga dan masyayikh Tebuireng lainnya.
Setiap harinya, Gus Cecep adalah
Pengasuh Pesantren Al-Karimiyah Tebuireng yang berada di Jalan Irian Jaya 313
Dusun Tebuireng Gang III RW 8, Cukir, Diwek, Jombang atau tepatnya di sebelah
utara Pesantren Tebuireng.
Gus Cecep merupakan anak ke-4 dari 4
bersaudara, yaitu Nyai Hj Lilik Nailufari, H M Hasyim Karim (Gus Aying), Nyai
Hj Cicik Nafiqoh, dan KH Muhammad Natsir
(Gus Cecep).
Ia meninggalkan istri, Nyai Hj Rina
Syamsudi, dua putra dan satu putri, serta para santri dan yayasan pesantren
yang didirikan sendiri. (NU Online)
0 komentar:
Posting Komentar