Masih banyak
orang yang menganggap bahwa hipertensi identik dengan pria. Padahal, pada usia
65 tahun ke atas, angka kejadian hipertensi pada wanita lebih tinggi daripada
pria. Riset Kesehatan Dasar tahun (Riskesdas) 2013 mengungkap prevalensi
hipertensi pada wanita mencapai 28.8 persen. Lebih tinggi dari pria yang
bertengger di angka 22.8 persen. Angka perkiraan hidup kaum wanita yang lebih
tinggi dari pria adalah salah satu faktor pendorongnya, selain faktor hormonal
yang juga ikut berkontribusi.
Sahabat Buletin
Santri, pakar hipertensi dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA, FAsCC pada
temu media dalam rangka simposium ke-11 Indonesian Society of Hypertension
mengungkapkan, “Dalam kurun waktu antara tahun 2000-2025 dunia diperkirakan
akan terjadi peningkatan prevalensi sebanyak 9 persen pada pria dan 13 persen
pada wanita.” Peningkatan prevalensi ini harus diwaspadai karena hipertensi
merupakan faktor risiko terpenting yang menyebabkan terjadinya penyakit
jantung-otak-pembuluh darah (kardio-cerebro-vaskular/ KCV). “Kematian di
dunia,” tambahnya, “sebagian besar disebabkan oleh penyakit KCV, baik pada
wanita maupun pada pria.”
Secara umum,
hipertensi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik antara lain adalah usia. Semakin tua seseorang,
semakin berisiko terkena hipertensi. Pada umumnya, hipertensi berkembang di
usia 35-55 tahun. Faktor genetik yang kedua ialah etnis. Menurut penelitian,
etnis Amerika keturunan Afrika memiliki risiko tertinggi terkena hipertensi. Keturunan
adalah faktor genetik yang terakhir. Beberapa peniliti meyakini bahwa 30-60
persen kasus hipertensi diturunkan secara genetik.
Berbeda dengan
faktor genetik yang tidak dapat dimodifikasi, faktor lingkungan bisa
dikendalikan oleh manusia. Yang termasuk faktor lingkungan di antaranya diet,
obesitas, rokok, dan adanya penyakit lain. Diet yang dimaksud adalah
terdapatnya asupan makanan dengan kadar garam tinggi. Seiring bertambahnya
usia, kadar garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah. Obesitas atau
kelebihan berat badan juga memicu terjadinya hipertensi. Sedangkan rokok
memberi tambahan dengan peluang terjadinya jantung koroner. Ada pun penyakit
yang potensial memicu terjadinya hipertensi adalah diabetes mellitus (DM) tipe
2. Tak tanggung-tanggung, peningkatan risiko akibat DM bisa mencapai 2 kali
lipat.
Patut
diketahui pula bahwa kehamilan, yang dialami oleh hampir seluruh wanita di
dunia, juga dapat memicu hipertensi. “Hipertensi sebagai komplikasi pada
kehamilan terjadi pada 7-9 persen kehamilan,” ujar dr. Arieska. “18 persen
kematian ibu hamil,” lanjutnya, “disebabkan hipertensi pada kehamilan.” Oleh
karena itu, penting bagi kaum wanita untuk mengontrol faktor-faktor lingkungan
yang bisa dikendalikan agar terhindar dari hipertensi. Langkah konkretnya
adalah mengurangi makanan dengan kadar garam yang tinggi, mengendalikan
berat badan, tidak merokok, dan rajin berolah raga. Bila perlu, meminum
obat-obatan (herbal lebih baik) pencegah hipertensi juga bisa dilakukan.
Terima kasih Nak, atas info di atas. Sangat berguna bagi kami yg berusia 35 th ke atas utk sll waspada....good luck !
BalasHapusYou're Welcome, Bu.. semoga bermanfaat
Hapus