Minggu, 26 Maret 2017

Waspadai Hipertensi pada Wanita




Masih banyak orang yang menganggap bahwa hipertensi identik dengan pria. Padahal, pada usia 65 tahun ke atas, angka kejadian hipertensi pada wanita lebih tinggi daripada pria. Riset Kesehatan Dasar tahun (Riskesdas) 2013 mengungkap prevalensi hipertensi pada wanita mencapai 28.8 persen. Lebih tinggi dari pria yang bertengger di angka 22.8 persen. Angka perkiraan hidup kaum wanita yang lebih tinggi dari pria adalah salah satu faktor pendorongnya, selain faktor hormonal yang juga ikut berkontribusi.

Sahabat Buletin Santri, pakar hipertensi dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA, FAsCC pada temu media dalam rangka simposium ke-11 Indonesian Society of Hypertension mengungkapkan, “Dalam kurun waktu antara tahun 2000-2025 dunia diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi sebanyak 9 persen pada pria dan 13 persen pada wanita.” Peningkatan prevalensi ini harus diwaspadai karena hipertensi merupakan faktor risiko terpenting yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung-otak-pembuluh darah (kardio-cerebro-vaskular/ KCV). “Kematian di dunia,” tambahnya, “sebagian besar disebabkan oleh penyakit KCV, baik pada wanita maupun pada pria.”

Secara umum, hipertensi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik antara lain adalah usia. Semakin tua seseorang, semakin berisiko terkena hipertensi. Pada umumnya, hipertensi berkembang di usia 35-55 tahun. Faktor genetik yang kedua ialah etnis. Menurut penelitian, etnis Amerika keturunan Afrika memiliki risiko tertinggi terkena hipertensi. Keturunan adalah faktor genetik yang terakhir. Beberapa peniliti meyakini bahwa 30-60 persen kasus hipertensi diturunkan secara genetik.

Berbeda dengan faktor genetik yang tidak dapat dimodifikasi, faktor lingkungan bisa dikendalikan oleh manusia. Yang termasuk faktor lingkungan di antaranya diet, obesitas, rokok, dan adanya penyakit lain. Diet yang dimaksud adalah terdapatnya asupan makanan dengan kadar garam tinggi. Seiring bertambahnya usia, kadar garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah. Obesitas atau kelebihan berat badan juga memicu terjadinya hipertensi. Sedangkan rokok memberi tambahan dengan peluang terjadinya jantung koroner. Ada pun penyakit yang potensial memicu terjadinya hipertensi adalah diabetes mellitus (DM) tipe 2. Tak tanggung-tanggung, peningkatan risiko akibat DM bisa mencapai 2 kali lipat.

Patut diketahui pula bahwa kehamilan, yang dialami oleh hampir seluruh wanita di dunia, juga dapat memicu hipertensi. “Hipertensi sebagai komplikasi pada kehamilan terjadi pada 7-9 persen kehamilan,” ujar dr. Arieska. “18 persen kematian ibu hamil,” lanjutnya, “disebabkan hipertensi pada kehamilan.” Oleh karena itu, penting bagi kaum wanita untuk mengontrol faktor-faktor lingkungan yang bisa dikendalikan agar terhindar dari hipertensi. Langkah konkretnya adalah mengurangi makanan dengan  kadar garam yang tinggi, mengendalikan berat badan, tidak merokok, dan rajin berolah raga. Bila perlu, meminum obat-obatan (herbal lebih baik) pencegah hipertensi juga bisa dilakukan.
 

2 komentar:

  1. Terima kasih Nak, atas info di atas. Sangat berguna bagi kami yg berusia 35 th ke atas utk sll waspada....good luck !

    BalasHapus

Tim Redaksi Buletin Santri Nurul Ulum. Diberdayakan oleh Blogger.