Senin, 27 Maret 2017

Belajar dari Anak Kecil


Sahabat Buletin Santri, saat kita masih kecil, orang-orang di sekitar kita banyak yang berkata tentang cita-cita. “Cita-citamu apa, Nak ?”, “Nanti pingin jadi apa ?”, dan lain sebagainya. Mereka berkata bahwa langit itu tinggi dan tidak ada batasnya, maka cita-cita kita juga harus sebagaimana langit, tinggi dan tanpa batas. Maka ketika itu, saya putuskan ingin jadi dokter.

Namun, ketika kita telah dewasa, orang-orang akan menasihati kita agar kita tidak terlalu tinggi dalam bercita-cita, karena jika cita-cita itu tidak tercapai kita akan merasakan kecewa dan sakit hati. Benar-benar nasihat yang sangat bertolak belakang. Mereka hanya bilang, “Sekolah saja yang serius, rajin dan tekun. Kita ini keturunan siapa, kamu sekolahnya di mana, mana mungkin jadi dokter”.

Saya hanya diam dan berusaha memahami, serta meyakinkan bahwa tidak mungkin seperti saya ini akan mencapai cita-cita yang diharapkan.

Semakin bertambah usia, akhirnya saya mengerti bahwa menjadi seorang anak tidak saja hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh orang tua dan orang di sekitar kita. Ada pembelajaran kegagalan dari anak kecil. Anak kecil yang lugu dan tidak ingin diperintah, selalu bereaksi.

Maka jangan heran juga kalau Anda menemukan bahwa anak kecil adalah makhluk yang unik, paling pemberani diseluruh dunia. Karena dia tidak takut apapun, dia punya imajinasi yang sangat “liar” karena telah dikondisikan demikian oleh orang dewasa di sekitarnya.

Untuk sukses kita perlu belajar dari anak kecil. Selain tidak takut apa pun, anak kecil juga sangat keras kemauannya. Seorang anak akan menangis sedemikian rupa, atau marah sedemikian rupa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Kita bisa belajar dari “keuletan” anak kecil untuk meraih keinginannya.

Gagal dan sukses itu seperti permainan dadu. Lima sisi dadu adalah gagal dan angka 6 adalah sukses. Semakin sering kita melempar dadu, semakin besar kemungkinan kita mendapatkan angka 6. Semakin sering kita mencoba dan gagal, berarti semakin dekat kita dengan kesuksesan.

Sukses hanya masalah statistik, masalah waktu, masalah hitung-hitungan saja.


Jadi sudah berapa banyak kegagalan yang Anda dapatkan?

0 komentar:

Posting Komentar

Tim Redaksi Buletin Santri Nurul Ulum. Diberdayakan oleh Blogger.