Sahabat Buletin Santri, saat
kita masih kecil, orang-orang di sekitar kita banyak yang berkata tentang
cita-cita. “Cita-citamu apa, Nak ?”, “Nanti pingin jadi apa ?”, dan lain
sebagainya. Mereka berkata bahwa langit itu tinggi dan tidak ada batasnya, maka
cita-cita kita juga harus sebagaimana langit, tinggi dan tanpa batas. Maka
ketika itu, saya putuskan ingin jadi dokter.
Namun, ketika kita telah
dewasa, orang-orang akan menasihati kita agar kita tidak terlalu tinggi dalam
bercita-cita, karena jika cita-cita itu tidak tercapai kita akan merasakan
kecewa dan sakit hati. Benar-benar nasihat yang sangat bertolak belakang.
Mereka hanya bilang, “Sekolah saja yang serius, rajin dan tekun. Kita ini
keturunan siapa, kamu sekolahnya di mana, mana mungkin jadi dokter”.
Saya hanya diam dan
berusaha memahami, serta meyakinkan bahwa tidak mungkin seperti saya ini akan
mencapai cita-cita yang diharapkan.
Semakin bertambah usia,
akhirnya saya mengerti bahwa menjadi seorang anak tidak saja hanya mengikuti
apa yang disampaikan oleh orang tua dan orang di sekitar kita. Ada pembelajaran
kegagalan dari anak kecil. Anak kecil yang lugu dan tidak ingin diperintah,
selalu bereaksi.
Maka jangan heran juga
kalau Anda menemukan bahwa anak kecil adalah makhluk yang unik, paling
pemberani diseluruh dunia. Karena dia tidak takut apapun, dia punya imajinasi
yang sangat “liar” karena telah dikondisikan demikian oleh orang dewasa di
sekitarnya.
Untuk sukses kita perlu
belajar dari anak kecil. Selain tidak takut apa pun, anak kecil juga sangat
keras kemauannya. Seorang anak akan menangis sedemikian rupa, atau marah
sedemikian rupa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Kita bisa belajar dari
“keuletan” anak kecil untuk meraih keinginannya.
Gagal dan sukses itu
seperti permainan dadu. Lima sisi dadu adalah gagal dan angka 6 adalah sukses.
Semakin sering kita melempar dadu, semakin besar kemungkinan kita mendapatkan
angka 6. Semakin sering kita mencoba dan gagal, berarti semakin dekat kita
dengan kesuksesan.
Sukses hanya masalah
statistik, masalah waktu, masalah hitung-hitungan saja.
Jadi sudah berapa banyak
kegagalan yang Anda dapatkan?
0 komentar:
Posting Komentar