JAKARTA - Hari Santri pada 22 Oktober 2017
adalah momentum pengakuan negara atas sejarah peran santri, kiai dan pesantren
yang telah terbukti memiliki kontribusi besar dalam merebut kemerdekaan
Indonesia serta mengisi kemerdekaan dengan kemandirian Ini tertuang dalam
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015.
Ketua Panitia Grand Launching Hari Santri
2017, Ahmad Athoillah mengatakan sejak dulu, santri adalah kelompok yang
mandiri sejak dari masa menempuh pendidikan di pesantren. Mereka rela jauh dari
asuhan orang tua untuk ngaji kepada kiai hingga bertahuntahun.
"Karena itulah, dalam Grand Launching
Hasan 2017 kali ini, kami mengambil tema “Santri Mandiri, NKRI Hebat,"
ujarnya di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Kamis
(10/8/2017).
Menurutnya, menjadi santri Indonesia sama
dengan ikhlas memperjuangkan eksistensinya hingga titik darah pengahabisan.
Kata dia, santri tak mengenal rumus anti Pancasila, apalagi anti Nasionalisme.
"Karena itu, tema momen Hari Santri
Nasional 2017 ini sekaligus penegasan bahwa radikalisme atas nama agama,
ideologi khilafah anti Pancasila, bukanlah madzhab santri Nusantara,"
tuturnya.
Ia menambahkan, santri apapun profesinya,
ia selalu dekat dengan ulama. Mereka hidup mandiri tanpa mengeluh, menuntut
atau ngeyel menyebar kebencian kepada negara atas nama hak mereka selalu merasa
wajib menjadi penjaga rumah besar di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
"Tanpa selalu berebut isi rumahnya
dari kelompok etnis, suku, RAS dan pemeluk agama lain," pungkasnya.
Sekedar diketahui, acara itu dihadiri oleh
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj, Rais Aam PBNU KH. Ma'ruf Amin, Ketua RMI
KH. Abdul Ghaffar Rozin, Wakil Ketua Umum PBNU Maksum Machfoedz dan beberapa
perwakilan dari Polri, Kemendagri serta Kemenkopolhukam. (okezone.com)
0 komentar:
Posting Komentar