Sabtu, 25 Maret 2017

Hikmah Luqman Al-Hakim




Pernahkah Sobat Buletin Santri merasakan berada dalam lingkungan dimana semua orang membicarakan Anda? Apa yang Anda lakukan selalu saja mengundang gunjingan negatif. Tidak nyaman bukan?

Berikut akan diceritakan suatu kisah yang sudah masyhur, kisah Luqman Al-Hakim dan Keledai, tapi alangkah baiknya kita mengenal sedikit siapa itu Luqman Al-Hakim. Luqman Al-Hakim adalah seseorang yang istimewa, yang namanya Allah abadikan dalam Al-Quran. Beliau bukanlah nabi atau rosul, tapi pola didik terhadap anaknya patut dijadikan panutan. Dialah Luqman Al-Hakim.

Banyak perbedaan pendapat dari kalangan ulama mengenai siapa sesungguhnya Luqman Al-Hakim. Ibnu Katsir mengatakan bahwa "Luqman adalah seorang lelaki sholeh, ahli ibadah dengan pengetahuan dan hikmah yang luas." Ibnu Katsir juga mengatakan bahwa "Luqman Al-Hakim di dalam Al-Quran adalah Luqman bin Unaqa' bin Sadun." Ada juga yang mengatakan dia adalah Luqman bin Sarad sebagaimana dikisahkan oleh Ali Suhaili dari Jarir dan Al Khuzaimi.

Ibnu Khatim mengatakan bahwa "Abu Zur'ah Shafwan bin Walid, Abdurrahman bin Yazid telah bercerita kepada kami dan Jabir berkata "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Luqman Al-Hakim dengan hikmahnya. Seorang lelaki yang sudah mengenal dirinya dan sebelumnya pernah melihatnya di dalam sebuah majelis bertanya kepadanya "Bukankah Engkau budak dari Bani Fulan yang menggembalakan kambing kemarin. Luqman menjawab "Ya" Lelaki itu berkata "Apa yang membawaku menyaksikanmu hari ini?" Luqman berkata "Takdir Allah, menunaikan amanah, jujur dalam perkataan dan meninggalkan apa-apa yang tidak berguna." (Tafsir Al Quran Al Azhim Juz 12 hlm 333-335)

Allah Azza wa Jalla telah mengangkat Lukman Al-Hakim dengan hikmahnya. Untuk itu Luqman dijuluki dengan Ahlul Hikmah. Mungkin kita sudah sering mendengar kata hikmah. Namun pada hakikatnya kita sering meleset akan arti hikmah tersebut. Hikmah adalah kemampuan memecahkan masalah dan mampu mencari solusi terbaik dari suatu masalah. Sehingga hasil dari hikmah itu adalah kemaslahatan bagi orang tersebut.

Ada beberapa ayat dalam Alquran yang mengabadikan pelajaran Luqman terhadap anaknya, salah satunya adalah firman Allah :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai Anakku, janganlah Kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13).

Kembali ke kisah inti yang akan diceritakan, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa pada suatu hari Luqman Al-Hakim bersama anaknya pergi ke pasar dengan menaiki seekor keledai. Ketika itu Luqman naik di punggung keledai sementara anaknya megikuti di belakangnya dengan berjalan kaki. Melihat tingkah laku Luqman itu, ada orang yang berkata, “Lihat itu orang tua yang tidak merasa kasihan kepada anaknya, dia enak-enak naik keledai sementara anaknya disuruh berjalan kaki.” Setelah mendengarkan gunjingan orang-orang, maka Luqman pun turun dari keledainya itu lalu anaknya diletakkan di atas keledai tersebut. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, “Hai, kalian lihat itu ada anak yang kurang ajar. Orang tuanya disuruh berjalan kaki, sedangkan dia enak-enaknya menaiki keledai.”

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas punggung keledai itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang-orang juga ribut menggunjing, “Hai teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki seekor keledai. Kelihatannya keledai itu sangat tersiksa, kasihan ya.” Oleh karena tidak suka mendengar gunjingan orang-orang, maka Luqman dan anaknya turun dari keledai itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Hai, lihat itu. Ada dua orang berjalan kaki, sedangkan keledai itu tidak dikendarai. Untuk apa mereka bawa keledai kalau akhirnya tidak dinaiki juga.”

Ketika Luqman dan anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman Al-Hakim menasihati anaknya tentang sikap orang-orang dan keusilan mereka tadi.

Luqman berkata, “Sesungguhnya kita tidak bisa terlepas dari gunjingan orang lain.”

Anaknya bertanya, “Bagaimana cara kita menanggapinya, Ayah?”

Luqman meneruskan nasihatnya, “Orang yang berakal tidak akan mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah SWT. Barang siapa mendapat petunjuk kebenaran dari Allah, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam mengambil keputusan.”

Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku, carilah rizki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya orang fakir itu akan tertimpa tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya). Lebih dari sekedar tiga perkara itu, orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan menyepelekannya.”

Dari kisah di atas semoga kita bisa mendapat pelajaran yang berharga, selama apa yang kita lakukan itu diiringi niat baik, keikhlasan dalam berproses dan tidak melanggar syari'at, maka omongan orang tentang apa yang kita perbuat tidak usah diambil hati dan tidak perlu khawatir. Bahkan jangan sampai omongan negatif orang pada kita mendorong kita menjadi malas melakukan pekerjaan, minder atau rendah diri, tidak bersemangat lagi dan mendorong kita melakukan hal-hal yang tidak terpuji lainnya. Jadikan semua itu sebagai batu ujian yang bisa kita jadikan pijakan untuk melangkah lebih jauh lagi.  Kalaupun khawatir, khawatirlah  jika yang kita lakukan itu jelek di mata Allah dan mengundang murka Allah, naudzubillah.

Wallahu alam bisshawab.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Tim Redaksi Buletin Santri Nurul Ulum. Diberdayakan oleh Blogger.