Pernahkah Sobat Buletin Santri merasakan berada dalam
lingkungan dimana semua orang membicarakan Anda? Apa yang Anda lakukan selalu
saja mengundang gunjingan negatif. Tidak nyaman bukan?
Berikut akan diceritakan suatu kisah yang sudah
masyhur, kisah Luqman Al-Hakim dan Keledai, tapi alangkah baiknya kita mengenal
sedikit siapa itu Luqman Al-Hakim. Luqman Al-Hakim adalah seseorang yang
istimewa, yang namanya Allah abadikan dalam Al-Quran. Beliau bukanlah nabi atau
rosul, tapi pola didik terhadap anaknya patut dijadikan panutan. Dialah Luqman
Al-Hakim.
Banyak perbedaan pendapat dari kalangan ulama mengenai
siapa sesungguhnya Luqman Al-Hakim. Ibnu Katsir mengatakan bahwa "Luqman
adalah seorang lelaki sholeh, ahli ibadah dengan pengetahuan dan hikmah yang
luas." Ibnu Katsir juga mengatakan bahwa "Luqman Al-Hakim di dalam
Al-Quran adalah Luqman bin Unaqa' bin Sadun." Ada juga yang mengatakan dia
adalah Luqman bin Sarad sebagaimana dikisahkan oleh Ali Suhaili dari Jarir dan
Al Khuzaimi.
Ibnu Khatim mengatakan bahwa "Abu Zur'ah Shafwan
bin Walid, Abdurrahman bin Yazid telah bercerita kepada kami dan Jabir berkata
"Sesungguhnya Allah telah mengangkat Luqman Al-Hakim dengan hikmahnya.
Seorang lelaki yang sudah mengenal dirinya dan sebelumnya pernah melihatnya di
dalam sebuah majelis bertanya kepadanya "Bukankah Engkau budak dari Bani
Fulan yang menggembalakan kambing kemarin. Luqman menjawab "Ya"
Lelaki itu berkata "Apa yang membawaku menyaksikanmu hari ini?"
Luqman berkata "Takdir Allah, menunaikan amanah, jujur dalam perkataan dan
meninggalkan apa-apa yang tidak berguna." (Tafsir Al Quran Al Azhim Juz 12
hlm 333-335)
Allah Azza wa Jalla telah mengangkat Lukman Al-Hakim
dengan hikmahnya. Untuk itu Luqman dijuluki dengan Ahlul Hikmah. Mungkin kita
sudah sering mendengar kata hikmah. Namun pada hakikatnya kita sering meleset
akan arti hikmah tersebut. Hikmah adalah kemampuan memecahkan masalah dan mampu
mencari solusi terbaik dari suatu masalah. Sehingga hasil dari hikmah itu
adalah kemaslahatan bagi orang tersebut.
Ada beberapa ayat dalam Alquran yang mengabadikan
pelajaran Luqman terhadap anaknya, salah satunya adalah firman Allah :
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai Anakku, janganlah
Kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13).
Kembali ke kisah inti yang akan diceritakan, dalam
suatu riwayat dikisahkan bahwa pada suatu hari Luqman Al-Hakim bersama anaknya
pergi ke pasar dengan menaiki seekor keledai. Ketika itu Luqman naik di
punggung keledai sementara anaknya megikuti di belakangnya dengan berjalan
kaki. Melihat tingkah laku Luqman itu, ada orang yang berkata, “Lihat itu orang
tua yang tidak merasa kasihan kepada anaknya, dia enak-enak naik keledai
sementara anaknya disuruh berjalan kaki.” Setelah mendengarkan gunjingan
orang-orang, maka Luqman pun turun dari keledainya itu lalu anaknya diletakkan
di atas keledai tersebut. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu
berkata pula, “Hai, kalian lihat itu ada anak yang kurang ajar. Orang tuanya
disuruh berjalan kaki, sedangkan dia enak-enaknya menaiki keledai.”
Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik
ke atas punggung keledai itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang-orang
juga ribut menggunjing, “Hai teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki
seekor keledai. Kelihatannya keledai itu sangat tersiksa, kasihan ya.” Oleh
karena tidak suka mendengar gunjingan orang-orang, maka Luqman dan anaknya
turun dari keledai itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Hai,
lihat itu. Ada dua orang berjalan kaki, sedangkan keledai itu tidak dikendarai.
Untuk apa mereka bawa keledai kalau akhirnya tidak dinaiki juga.”
Ketika Luqman dan anaknya dalam perjalanan pulang ke
rumah, Luqman Al-Hakim menasihati anaknya tentang sikap orang-orang dan
keusilan mereka tadi.
Luqman berkata, “Sesungguhnya kita tidak bisa terlepas
dari gunjingan orang lain.”
Anaknya bertanya, “Bagaimana cara kita menanggapinya,
Ayah?”
Luqman meneruskan nasihatnya, “Orang yang berakal
tidak akan mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah SWT. Barang
siapa mendapat petunjuk kebenaran dari Allah, itulah yang menjadi
pertimbangannya dalam mengambil keputusan.”
Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya,
katanya, “Wahai anakku, carilah rizki yang halal supaya kamu tidak menjadi
fakir. Sesungguhnya orang fakir itu akan tertimpa tiga perkara, yaitu tipis
keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan
diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya). Lebih dari
sekedar tiga perkara itu, orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan
menyepelekannya.”
Dari kisah di atas semoga kita bisa mendapat pelajaran
yang berharga, selama apa yang kita lakukan itu diiringi niat baik, keikhlasan
dalam berproses dan tidak melanggar syari'at, maka omongan orang tentang apa
yang kita perbuat tidak usah diambil hati dan tidak perlu khawatir. Bahkan
jangan sampai omongan negatif orang pada kita mendorong kita menjadi malas
melakukan pekerjaan, minder atau rendah diri, tidak bersemangat lagi dan
mendorong kita melakukan hal-hal yang tidak terpuji lainnya. Jadikan semua itu
sebagai batu ujian yang bisa kita jadikan pijakan untuk melangkah lebih jauh
lagi. Kalaupun khawatir, khawatirlah jika yang kita lakukan itu
jelek di mata Allah dan mengundang murka Allah, naudzubillah.
Wallahu alam bisshawab.
0 komentar:
Posting Komentar