Adab dalam
pandangan Islam bukanlah perkara remeh. Bahkan ia menjadi salah satu inti
ajaran Islam. Demikian penting perkara ini, hingga para ulama salaf sampai
menyusun kitab khusus yang membahas tentang adab ini. Rasulullah pun diutus di
muka bumi ini, tak lain untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti umat manusia.
Langsung saja Sahabat Buletin Santri, berikut ini beberapa adab yang baik dan
akhlak yang mulia kepada orang tua:
1.
Tidak memandang orang tua
dengan pandangan yang tajam atau tidak menyenangkan
2.
Tidak meninggikan suara
ketika berbicara dengan orang tua
Dalil kedua
adab di atas adalah hadits Al-Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu mengenai
bagaimana adab para Sahabat Nabi terhadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,
disebutkan di dalamnya:
وإذا تكَلَّمَ
خَفَضُوا أصواتَهم عندَه، وما يُحِدُّون إليه النظرَ، تعظيمًا له
Artinya :
“Jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka
dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap
Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).
Syaikh
Musthafa Al ‘Adawi mengatakan: “Setiap adab di atas terdapat dalil yang
menunjukkan bahwa adab-adab tersebut merupakan sikap penghormatan”.
Maka dari
hadits ini merendahkan suara dan tidak memandang dengan tajam merupakan akhlak
yang mulia dan sikap penghormatan yang tentu sangat layak untuk kita terapkan
kepada orang tua. Karena merekalah orang yang paling layak mendapatkan
perlakuan yang paling baik dari kita. Sebagaimana telah dijelaskan pada materi
sebelumnya.
3.
Tidak mendahului mereka
dalam berkata-kata
Diantara adab
yang mulia kepada orang tua adalah tidak mendahului mereka dalam berkata-kata
dan mempersilakan serta membiarkan mereka berkata-kata terlebih dahulu hingga
selesai. Lihatlah bagaimana Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu menerapkan adab
ini. Beliau berkata:
كنَّا عندَ النَّبيِّ
صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً،
مثلُها كمَثلِ المسلِمِ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ،
فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ
Artinya :
“Kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi
bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu
Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang
paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun
memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al
Bukhari 82, Muslim 2811).
Ibnu Umar
radhiallahu’anhuma melakukan demikian karena adanya para sahabat lain yang
lebih tua usianya walau bukan orang tuanya. Maka tentu adab ini lebih layak
lagi diterapkan kepada orang tua.
4.
Tidak duduk di depan orang
tua sedangkan mereka berdiri
Dalilnya
hadits Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:
اشتكى رسولُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم فصلينا وراءَه وهو قاعدٌ, وأبو بكرٍ يُسْمِعُ الناسَ تكبيرَه,
فالتفتَ إلينا فرآنا قيامًا فأشار إلينا فقعدنا, فصلينا بصلاتِه قعودًا. فلما
سلَّمَ قال: إن كدتُم آنفًا لتفعلون فعلَ فارسَ والرومِ, يقومون على ملوكِهم وهم
قعودٌ. فلا تفعلوا. ائتموا بأئمَّتِكم. إن صلى قائمًا فصلوا قيامًا وإن صلى قاعدًا
فصلوا قعودًا
Artinya :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu
kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk,
dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh
kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau
memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti
shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau
bersabda, “Kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi,
mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk,
maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia
shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan
jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk”
(HR. Muslim, no. 413).
Para ulama
mengatakan dilarangnya hal tersebut karena merupakan kebiasaan orang kafir
Persia dan Romawi. Maka hendaknya kita menyelisihi mereka.
5.
Lebih mengutamakan orang
tua daripada diri sendiri atau iitsaar dalam perkara duniawi
Hendaknya kita
tidak mengutamakan diri kita sendiri dari orang tua dalam perkara duniawi
seperti makan, minum, dan perkara lainnya. Sebagaimana hadits dalam Shahihain
mengenai kisah yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup batu besar,
kemudian mereka bertawassul kepada Allah dengan amalan-amalan mereka, salah
satunya berkata:
اللهمّ ! إنه كان لي
والدان شيخان كبيران . وامرأتي . ولي صبيةٌ صغارٌ أرعى عليهم . فإذا أرحتُ عليهم ،
حلبتُ فبدأتُ بوالدي فسقيتُهما قبل بنيّ . وأنه نأى بي ذاتَ يومٍ الشجرُ . فلم آتِ
حتى أمسيتُ فوجدتُهما قد ناما . فحلبتُ كما كنت أحلبُ . فجئتُ بالحلابِ . فقمت عند
رؤوسِهما . أكرهُ أن أوقظَهما من نومِهما . وأكرهُ أن أسقيَ الصبيةَ قبلهما .
والصبيةُ يتضاغون عند قدمي . فلم يزلْ ذلك دأبي ودأبُهم حتى طلع الفجرُ . فإن كنت
تعلم أني فعلتُ ذلك ابتغاءَ وجهِك ، فافرجْ لنا منه فرجةً ، نرى منها السماءَ .
ففرج اللهُ منه فرجةً . فرأوا منها السماءَ
Artinya : “Ya
Allah sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua renta, dan saya juga
memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari mengembala
ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk mereka. Aku selalu
dahulukan orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu hari ketika panen aku
harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah sangat sore, dan aku
dapati orang tuaku sudah tidur. Lalu aku perahkan untuk mereka susu sebagaimana
biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi susu itu kepada mereka. Aku berdiri di
sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan mereka. Dan aku pun enggan
memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang tuaku. Padahal anakku sudah
meronta-ronta di kakiku karena kelaparan. Dan demikianlah terus keadaannya
hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi
mengharap wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit
dari situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa
melihat langit darinya“.
Demikianlah beberapa
adab kepada orang yang lebih tua. Semoga kita bisa menjadi generasi muslim yang
beradab dan berakhlakul karimah . Wabillahi at taufiiq was sadaad.
0 komentar:
Posting Komentar